Kondisi Bumi Mengkhawatirkan, BMKG Ajak Masyarakat Tahan Laju Perubahan Iklim dengan Cara Ini

- Jumat, 31 Maret 2023 | 18:05 WIB
Foto: Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati  saat memberikan keterangan terkait pemanasan global (instagram Dwikoritakarawati)
Foto: Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati saat memberikan keterangan terkait pemanasan global (instagram Dwikoritakarawati)
NTT EXPRESS- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengajak seluruh masyarakat Indonesia berkontribusi menahan laju pemanasan global dan perubahan iklim
 
Ajakan ini disampaikan Dwikorita saat memperingati Hari Meteorologi Dunia (HMD) ke-73 di Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Kototabang, Sumatera Barat pada Senin 20 Maret 2023.
 
Menurut dia, kondisi bumi kian memprihatinkan. Fenomena perubahan iklim pun semakin mengkhawatirkan serta memicu dampak yang lebih luas. 
 
 
"Hal itu terlihat dari berbagai peristiwa alam terkait iklim. Dari suhu udara yang lebih panas, terganggunya siklus hidrologi, hingga maraknya bencana hidrometeorologi di berbagai belahan dunia", jelasnya.
 
Perubahan iklim menjadi isu yang harus diperhatikan karena memiliki dampak dan resiko yang besar terlebih pada keberlangsungan makhluk hidup dan generasi yang akan datang.
 
"Perlu aksi pengendalian perubahan iklim yang konkret dari seluruh lapisan masyarakat", ungkap Dwikorita. 
 
Bentuk kontribusi yang dapat dilakukan oleh masyarakat dimulai dengan hal yang sederhana. Misalnya, tidak membuang sampah sembarangan, menerapkan reduce, reuse, recycle (3R), menanam pohon, berjalan kaki, bersepeda, atau gunakan transportasi umum dan menghemat penggunaan energi.
 
 
Khusus sampah, dampaknya sangat besar karena memberikan kontribusi besar terhadap emisi gas rumah kaca dalam bentuk emisi metana (CH4) dan karbondioksida (CO2). 
 
Kadang kala, pengelolaan sampah dengan benar dianggap sebagai hal yang sepele namun kontribusinya besar dalam menahan laju perubahan iklim.
 
Ia menjelaskan pada tahun 2016 merupakan tahun terpanas di Indonesia dengan nilai anomali sebesar 0.8 °C sepanjang periode pengamatan 1981 hingga 2020. 
 
 
Setelah itu, tahun 2020 menempati urutan kedua tahun terpanas dengan nilai anomali sebesar 0.7 °C, dengan tahun 2019 berada di peringkat ketiga dengan nilai anomali sebesar 0.6 °C.
 
Sedangkan laporan terbaru World Meteorological Organization (WMO) dalam State of the Climate 2022 yang terbit awal tahun 2023 pun menyebutkan, 2015-2022 menjadi 8 tahun terpanas dalam catatan WMO. Urutannya adalah tahun 2016, 2020, 2019, 2017, 2015, 2022, 2021 dan 2018. 
 
 
Kondisi ini dipicu oleh tren pemanasan global yang diamplifikasi oleh kejadian anomali iklim El Nino. Kondisi ini pula yang mengakibatkan lebih cepat mencairnya salju abadi di Puncak Jaya, Papua. 
 
Awalnya, luasan salju abadi sekitar 200 km persegi. Namun saat ini luasannya hanya menyisakan sekitar 2 km persegi atau berkurang menjadi 1 persen. 
 
Akibat perubahan iklim, kejadian-kejadian ekstrim lebih sering terjadi, terutama kekeringan dan banjir. Jika sebelumnya rentang waktu kejadian berkisar 50 sampai 100 tahun, maka kini rentang waktu menjadi semakin pendek.
 
 
Frekuensinya pun semakin sering terjadi dengan intensitas yang lebih tinggi atau durasi yang semakin panjang.
 
"Contoh nyata di Indonesia adalah kemunculan siklon tropis Seroja yang mengakibatkan bencana banjir bandang dan longsor di Nusa Tenggara Timur (NTT) April 2021 lalu", jelasnya.
 
 
Menurut dia, fenomena siklon bisa dikatakan sangat jarang terjadi di wilayah tropis seperti Indonesia. Namun, selama 10 tahun terakhir kejadian siklon tropis semakin sering terjadi. Misalnya yang terbaru adalah tanah longsor Natuna.
 
"Jika situasi ini terus berlanjut, maka Indonesia akan jauh lebih sering dilanda cuaca ekstrem dan bencana yang tidak hanya menimbulkan kerugian materiil namun juga korban jiwa", tutupnya. (***) 
 
Penulis : Dominikus Karangora

Editor: Amar Ola Keda Kabelen

Sumber: Dominikus Karangora

Tags

Artikel Terkait

Terkini

JNS Ekspresi dan Kreasi SMANSA Kupang

Rabu, 7 Juni 2023 | 22:28 WIB

Berkah Air Bersih di Desa Leuwayan

Rabu, 7 Juni 2023 | 11:28 WIB
X